Arang Bambu Aktif untuk Penyerap Racun
Bambu yang kita kenal sebagai
bahan hanya digunakan keperluan saudara-saudara kita di pedesaan, baik dari hanya sekedar peralatan sederhana, kerajinan, peralatan
rumah-tangga sampai konstruksi “outdoor” di kebun, jembatan sampai rumah
sederhana.
Namun, bambu saat ini sudah mulai
banyak dilirik oleh sektor industri karena memiliki sifat-sifat sebagai
material alam yang unik. Mulai untuk konstruksi ringan seperti lantai parket
bambu, mutipleksampai dtruktur bangunan permanen-ringan, bahkan sejak beberapa
tahun yang lalu “serat-bambu” digunakan sebagai bahan serat-komposit-polimer,
menggantikan rangka baja dan alumnium paduan untuk kendaraan ringan Ford.
Selain batok kelapa, bambu juga
dapat dgunakan sebagai arang karbon aktif serbuk (PAC, powder activated carbon)
dan granular (GAC, granular activated carbon) baik untuk sekedar obat berbagai
penyakit ringan sampai berat (sakit perut sampai kolesterol). Kemampuannya
meyerap lemak, cairan dan gas beracun selain digunakan untuk pengobatan dan
kosmetik juga digunakan untuk kebutuhan penyerapan limbah beracun industrial.
Bahkan katanya, arang bambu lebih baik dibandingkan arang batok kelapa.
Kemampuan serap yang sangat baik dari bahan ini dalam ukuran butiran serbuk
dengan luas permukaan di atas 500 m2 per gram PAC. Bahkan untuk unkuran sangat
halus, nano-mikron, luas permukaan serapnya dapat di atas 800 m2 per gram.
Pencampuran PAC dengan serbuk “activated zeolite” (mineral alam
alumnina-silika) meningkatkan luas permukaan serapnya sampai 1.500 m2 per gram
(ZeoPAC). Sulit terbayangkan oleh banyak orang, namun itulah faktanya.
Kemampuan serapan ini bukan hanya
ditandai oleh luas permukaannya saja, tetapi juga oleh sifat Kapasitas Tukar
Kation yang bilangannya sebagai di atas 160-180. Artinya bahan mampu menyerap
undur lainnya sebanyak di atas 160-180 gram unsur lain per 100 gram PAC atau
ZeoPAC. Bahan ini seharusnya sudah harus diwajibkan untuk digunakan bagi para penagolah
bahan tambang, terutama emas, karena daya netralisasinya untuk menyerap limbah
pengolahan yang sangat berbahaya, baik yang diproses secara amalgam, sulfat,
nitrat atau pun sianidasi. Selain arang bambu, juga dapat digunakan
potongan-potongan bambu dan arang bambu bongkahan. Apabila ini dilaksanakan,
tidak lagi akan dijumpai genangan-genangan limbah berbau berwarna kuning
kecoklatan disekitar pengolahan bahan tambang.
Baik bambu maupun zeolite,
merupakan bahan yang banyak dijumpai di nehara ini dengan tingkat mineral yang
cukup baik. Bahan zeolite ini juga digunakan oleh lebih dari 85% industri
petroleum sebagai bahan “oil craking” yaitu bahan yang digunakan dalam proses
konversi minyak bumi menjadi diesel, premium dan sebagainya. Sayangnya bahan-bahan
ini (arang aktifan dan zeolit aktifan) di Indonesia hanya digunakan untuk
pembersih air dan aquarium saja. Memang daya serap. KTK dan ukurannya pun
seadanya, walau disebut arang atau pasir zeolit aktif, namun masih jauh dari
kemampuan ilmiah yang mungkin dicapai. Arang aktif dan ZeoPACdi pasar eceran
internasional dapat bernilai USD8 sampai USD40 per kilogram.
Sonny Djatnika SD